Bicara Corona, Liverpool, Slank, Kakashi, dan Pembunuh Keluarga

By-|

Instagram

Jurgen Klopp, Kakashi Hatake, dan Bimbing Slank
Jurgen Klopp, Kakashi Hatake, dan Bimbing Slank (Youtube)

Saya masih ingat betul kegaduhah para penggemar Liga Inggris di media sosial pada akhir Desember 2019 silam usai Liverpool menghajar Leicester City 4 gol tanpa balas dan Manchester City dipecundangi 3:2 oleh Wolves. Poin unggul jauh dari para pesaing, banyak yang memprediksi Liverpool tak akan terbendung meraih gelar EPL tahun ini. Bahkan dalam salah satu kicauannya di Twitter, presenter kocak Eddy Brokoli yang seorang Gooners pun tak sungkan menulis, “Semakin harus siap menghadapi headline berita di bulan Mei 2020: “Setelah 30 tahun, akhirnya Liverpool juara Premier League. Tigapuluh tahun!!”,“[1].

Memasuki awal Januari 2020 muncul jokes yang menyebut hanya Perang Dunia 3 yang bisa menggagalkan Liverpool[2]. Jokes Perang Dunia itu muncul ketika perwira militer senior Iran Qassem Soleimani tewas dirudal tentaranya Trump (Amerika) pada 3 Januari 2020 silam. Tidak sedikit orang yang memprediksi peristiwa itu bisa memicu terjadinya World War III yang akan membuat Liverpool kembali memble karena gagal lagi meraih gelar juara EPL setelah 30 tahun. Saya pun waktu itu hanya tertawa mendapati jokes tersebut karena sangat yakin Liverpool tahun 2020 ini akan bisa buka puasa dengan sangat manis.

Perang Dunia 3 Hentikan Liverpool Juara
Perang Dunia 3 Hentikan Liverpool Juara (kaskus.co.id)

Dua bulan berlalu, virus Corona (Covid-19) yang sudah eksis sejak Desember 2019 sampai ke tanah Britania yang membuat Liga Inggris ditunda sampai 30 April mendatang[3]. Ada kemungkinan kompetisi EPL musim ini dianggap void atau hangus alias Liverpool gagal juara lagi bila kondisi penyebaran Covid-19 di Inggris tak kunjung reda. Terancam gagalnya Liverpool ngangkat piala untuk kesekian kali sebenarnya hanya dampak yang sangat-sangat kecil dari mewabahnya virus Corona. Pasalnya, yang lebih mengerikan, virus itu pun kini telah sampai ke Indonesia. Artinya ia mengancam nyawa saya, anda, dan orang-orang terdekat kita.

Sejak pertama kali mendengar dan membaca pemberitaan tentang Corona sekira pertengahan Januari silam[4], saya tak pernah menyangka itu bisa sampai menyebar dan membuat kepanikan ke seluruh dunia. Tak pernah menduga bahwa di “buku” garis takdir Tuhan untuk dunia ini telah tersurat, “wabah besar bernama virus Corona datang ke dunia di tahun 2020”. Saya, anda, dan orang-orang terdekat kita bisa saja kena. Saling menjaga dan melindungi adalah hal paling baik yang menurut saya bisa kita lakukan dari sekarang. Beruntung kita hidup di era keterbukaan informasi, dimana informasi tentang pencegahan agar tak tertular Corona bisa kita dapatkan dengan mudah.

Sependek yang saya tahu setelah baca-baca[5] serta menonton pengumuman dari pemerintah di televisi, untuk mengurangi risiko tertular Covid-19 kita disarankan untuk menjaga jarak setiap bertemu dengan orang, mengurangi aktivitas di luar atau menggantinya dengan kegiatan di rumah, serta menghindari kerumunan bila memang aktivitas di luar tak bisa terhindarkan. Himbauan tersebut mungkin terasa ringan untuk sebagaian orang, numun juga bisa jadi berat untuk sebagian orang lainnya. Namun begitu, ketika dilihat dari perspektif nyawa kita atau orang-orang terdekat yang dipertaruhkan, saya kok meyakini hal-hal tersebut harusnya terasa mudah. Ketika nyawa sudah melayang, semua tak bisa diulang, bray!

Wisata Saat Virus Corona Melanda
Wisata Saat Virus Corona Melanda (Youtube)

Sayangnya banyak orang yang masih acuh atau menyepelekan himbauan pemerintah itu[5]. Saya membaca banyak cerita dari warganet di media sosial yang mengaku mendapati beberapa orang masih piknik, jalan-jalan, kumpul-kumpul di kafe, bahkan melakukan kopdar dengan skala yang relatif besar. Beberapa dari mereka konon berdalih bahwa Corona bukan untuk ditakuti, takutlah pada Tuhan. Kata mereka, Tuhan yang berkehendak mengambil nyawa umat-Nya, bukan Si Corona. Hmm, gimana ya, kalau sudah berbicara tentang keyakinan atau iman gini, saya sebenarnya agak bingung juga menanggapinya.

Begini, ketika mereka yang “bandel” itu meproklamirkan diri tak takut pada Corona, mereka berpotensi untuk menjadi pembunuh lho. Lebih parah lagi, yang akan mereka habisi nyawanya itu bisa jadi adalah orang-orang terdekatnya atau saudaranya sendiri. Mereka bisa jadi orang yang “kulakan” virus untuk dibawa pulang ke rumah, ditularkan pada orang rumah yang daya tahan tubuhnya mungkin tidak sekuat dirinya, misal ayah atau ibu yang sudah lanjut usia, nenek/kakeknya, atau anaknya yang masih balita. Benar, mereka mungkin tidak akan menghabisi keluarganya sendiri dengan pisau atau pistol, tapi mereka adalah orang yang boleh dibilang bertanggung jawab bila ada salah satu keluarga meninggal karena Corona.

Beberapa hari lalu saya menonton video wawancara Bimbing Slank oleh Shindu Alpito di Youtube[8]. Pada video tersebut, Bimbim bercerita bagaimana sang bandar narkoba yang memperkenalkan putau/heroin pada para personel Slank menyesal seumur hidup. “Gue inget banget bandar pertama kali itu nyeselnya seumur hidup dia. Begitu Slank tahun 2000 berhenti (narkoba) dia salah satu orang yang paling happy,” kata Bimbim dalam wawancara tersebut. Mungkin akan ada yang berpendapat, lebay amat tuh bandar. Saya sendiri tidak menganggap lebay bila melihat betapa berharganya formasi ke-13 Slank yang beranggotakan Bongky Marcell, Indra Q, Pay Burman, Bimbim, dan Kaka.

Slank Formasi ke-13
Slank Formasi ke-13 (slank.com)

Saya yang bukan seorang Slankers dan tidak tumbuh di era formasi ke-13 Slank saja sangat sedih saat mengingat ada sejarah sebuah band besar dengan “formasi emas” harus cacat karena narkoba. Saya pun bisa mengerti penyesalan seumur hidup bandar narkoba yang kini juga sudah tobat tersebut. Sang mantan bandar mungkin lebih beruntung dari para orang-orang yang bandel nantangin Corona tersebut. Sebab, apa iya orang-orang yang nularin keluarganya Corona hingga meninggal bisa menghidupkan lagi nyawa yang telah tercabut, pakai apa? Edo Tensei?[6]. Mustahil, bray. Bakal jadi penyesalan seumur hidup juga itu nanti.

Kakashi Hatake di cerita Naruto dikenal mempunyai prinsip, “shinobi yang meninggalkan sahabatnya lebih rendah dari sampah”. Begitu pun saya, selalu melihat para pelanggar lampu lalu lintas dan pengendara ugal-ugalan lebih rendah dari yang disebut Kakashi itu karena mereka berpotensi jadi pembunuh ayah/ibu seseorang, suami/istri seseorang, atau anak seseorang di jalan. Nah, orang-orang bandel yang tak takut pada Corona itu di mata saya lebih rendah lagi dari itu semua. Bagaimana tidak, mereka tak hanya berpotensi menjadi pembunuh ayah/ibu seseorang, suami/istri seseorang, atau anak seseorang, tapi jadi pembunuh keluarganya sendiri.

Referensi:

  1. Explore More:

    https://twitter.com/eddibrokoli/status/1210321553927180288

  2. https://www.kaskus.co.id/thread/5d148da90577a95825735cec/l4us-liverpool-forum-kaskus---season-2019-20---living-the-dream/209

  3. https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20200319201425-142liga-inggris-resmi-ditunda-sampai-30-april-karena-corona

  4. https://gaya.tempo.co/read/1295317/virus-corona-bikin-gempar-cina-who-sebut-tak-menyebar

  5. https://www.industry.co.id/read/62892/covid-19-meningkat-450-kasus-masyarakat-diminta-patuhi-himbauan-pemerintah

  6. https://www.youtube.com/watch?v=87A8K0W8yaY

  7. https://www.youtube.com/watch?v=9aJyP3SHgo4

  8. https://naruciak.fandom.com/wiki/Kuchiyose:\_Edo\_Tensei

Related Posts.