Bangsa ini terus mengasah “pisau belati korupsi” untuk bunuh diri, kasus wisma atlit dan hambalang jelas membuka mata kita betapa semakin “vulgar” korupsi di negeri ini. para pelaku korupsi seakan tak sadar korupsi adalah tindakan hina, tercela bahkan durhaka.
Apakah KPK masih bergigi? sepak terjang KPK sesungguhnya mencerminkan siapa yang memimpinnya. Andai saya dipercaya untuk memimpini institusi KPK, empat langkah ini yang akan saya lakukan.
1. Langkah Preventif (Pencegahan) Korupsi
Saya bentuk divisi khusus di KPK yang bertugas mendatangi setiap institusi pendidikan dan instansi pemerintah untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya korupsi, dengan persiapan yang matang niscaya langkah ini bisa mengurangi angka perkara korupsi.
Baca juga:
2. Langkah Represif (Pengekangan) Korupsi
Perilaku culas berjamaah korupsi terjadi karena adanya kesempatan, dan langkah terbaik untuk memberantasnya adalah meminimalisir kesempatan korupsi itu terjadi. saya akan taruh orang-orang terbaik KPK di tempat-tempat yang selama ini menjadi “lahan basah” korupsi.
3. Menjaga Diri dan Istitusi KPK Agar Tak Tersandera
Dalam sejarah bangsa Indonesia tak pernah lepas dari “politik saling menyandera”, sebuah pribadi yang tersandra tak akan bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan semestinya. sebagai ketua KPK, saya akan sangat berhati-hati dalam melangkah agar saya dan KPK tak tersandera.
4. Sosial Media untuk Kampenye Anti Korupsi
Setiap era peradaban, manusia menggunakan alat bantu khusus sesuai dengan zamannya, mulai dari batu di zaman batu, perunggu di zaman perunggu hingga besi di zaman besi. di era teknologi sosial media, sangat bijak bila kita bisa memanfaatkan potensi pengguna sosial media tanah air dalam mengkampanyekan anti korupsi.