Menjelang pemilu yang tinggal hitungan bulan saya teringat mimpi kecil saya akan pemimpin bangsa ini, beberapa tahun belakangan saya begitu memimpikan bangsa ini, Indonesia, suatu saat berkesempatan dipimpin oleh seorang seniman atau setidaknya orang yang mempunyai jiwa dan cita-rasa seni. Sebuah mimpi yang sulit bila berkaca pada masa lalu, di mana calon-calon presiden yang selama ini bertarung di pilpres-pilpres sebelumnya jarang yang berlatar belakang seni, namun mimpi saya yang sulit itu sedikit menemui titik terang takala saya mendengar nama Gita Wirjawan.
Gita Wirjawan, nama yang sebelumnya tedengar asing di telinga saya, sepanjang yang saya ingat, saya baru familiar dengan nama Gita Wirjawan saat beliau dilantik menjadi ketua PBSI untuk periode 2012-2016 tahun lalu. Mendengar bahwa beliau kemungkinan besar akan maju bertarung pada pemilihan presiden tahun depan membuat saya penasaran akan sosok pria kelahiran Jakarta, 21 September 1965 ini, saya coba telusuri profil dan rekam rekam jejak beliau selama ini, salah satu ladang informasi yang lengkap tentang beliau ada di gitawirjawan.com, website resmi milik Gita Wirjawan.
Membaca profil beliau di web resminya, ngga ada kata lain yang saya ucapkan selain kata “WOW” ini bapak-bapak keren banget bro..! Saya, sebagai seorang anak muda yang mengaku sebagai seniman tentu takjub saat mendapati ada pejabat cerdas dengan jiwa dan cita rasa seni tinggi seperti beliau. Bertambah senang ketika tahu Menteri Perdagangan kita ini bisa saja menjadi pemimpin impian saya untuk bangsa ini. Teman-teman mungkin mengira ini hanyalah bentuk solidaritas saya sesama seniman dan saya tak punya alasan kenapa harus punya presiden seperti beliau, No Sir! saya punya alasan kuat kenapa saya punya mimpi dipimpin oleh seorang seniman.
Baca juga:
Gita Wirjawan yang merupakan pecinta dan pelaku musik, di mata saya tak perlu diragukan lagi akan cita rasa seninya, terlebih yang dia geluti adalah musik jazz, musiknya para ‘dewa’. Tanpa mengecilkan genre musik lain yang ada, saya mempunyai pandangan bahwa orang yang sudah memainkan musik jazz itu sangat terbiasa dengan kejujuran. buset.. sotoy ama lo yos! hahaha, gini sob, bermusik itu kalau ngga jujur musiknya ngga bakal indah, di musik bukan jazz yang saya geluti saja, ketika saya tak jujur memainkanya hasilnya berantakan, apalagi di musik jazz yang menuntut Grove yang indah, pasti butuh kejujuran ekstra dalam memainkannya.
Dari perspektif saya sesama seniman, saya melihat kejujuran ada dalam diri Gita Wirjawan ini. Dalam memilih pemimpin yang akan menjadi nahkoda Bahtera Nusantara, tak banyak kriteria yang saya tuntut, Jujur! itu saja, kejujuran merupakan bahan bakar yang paling pas untuk pribadi pemimpin yang baik. Apakah seorang pemuja kejujuran akan dengan enteng melakukan korupsi? apakah seorang pemuja kejujuran akan dengan enteng mengabaikan jeritan rakyatnya? apakah seorang pemuja kejujuran akan tega ‘menjual’ bangsanya untuk asing? tentu saja pertanyaan-pertanyaan diatas akan tegas terjawab: Tidak!!
Satu lagi yang bikin saya tersentuh akan sosok pak Gita adalah ketika beliau rela “meninggalkan” salah satu mata kuliah utamanya saat kuliah demi sang Ibu. Sang Ibu Paula Warokka sebenarnya tak begitu menyukai anaknya belajar musik karena khawatir Gita tak mudah mencari kerja. Di mata saya, seorang pemuda yang juga yang mendewakan sang ibu, yang dilakukan Gita Wirjawan ini keren sekali, kereeeen seekaliii. Pemimpin yang begitu dekat dengan Ibunya senantiasa akan berhati-hati saat mempimpin, karena dia tahu ketika nanti mengecewakan rakyatnya dia juga akan mengecewakan Ibunya, orang yang paling dicintainya di dunia.
Jadi lo menjamin capres idaman lo ini sejujur manusia suci? ngga gitu juga sob, intinya gini, seniman sejati itu melihat kejujuran adalah sebuah keindahan, kejujuran adalah sebuah seni yang indah, sementara kebohongan adalah kecacatan dalam seni, bukan soal dosa-pahala atau surga-neraka malah, begitulah indahnya seorang seniman ketika melihat arti kejujuran. Tak menjadi soal buat saya perihal partai apa yang mengusung Gita Wirjawan menuju pucuk pimpinan bangsa ini atau siapa yang merestui beliau untuk maju nyapres. Apapaun kendaraanya di mata saya yang terpenting adalah yang naikin kendaraanya, bila sang pengendara Berani Lebih Baik! kenapa tidak? Ayo Gita Bisa!!