Bicara Kebanggaan dalam Euforia Tawan Si Iron Man dari Indonesia

By-|

Instagram

Tawan Si Iron Man dari Indonesia
Tawan Si Iron Man dari Indonesia (Youtube)

Beberapa hari ini, nama I Wayan Sumardana alias Tawan, 31 tahun, menjadi perbincangan hangat di masyarakat atas karya tangan robot yang dia ciptakan. Pria asal Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, itu mengklaim dapat menggerakkan tangannya yang lumpuh akibat stroke ringan dengan bantuan lengan robot yang bisa dia kendalikan lewat pikiran. Tawan mengaku bisa mengendalikan robot tangannya dengan pikiran berkat perangkat EEG (Electroencephalography) yang dia rakit secara DIY (do-it-yourself).

Namun belakangan, beberapa netizen yang relatif kompeten dalam beberapa bidang ilmu, mulai dari dokter syaraf hingga dosen teknik elektro, mulai meragukan klaim-klaim yang dikatakan Tawan. Menariknya, bantahan dari para akademisi itu malah membuat orang-orang terguncang, sebagimana terguncangnya para fans sepakbola ketika klub kesayangannya dibantai oleh klub rival abadinya, hehe.. Meminjam istilah die hard (pembela mati-matian) dari kaskuser, _die-hard-_nya Mas Tawan ini tidak segan menyebut para pengkritisi karya Sang ‘Iron Man sebagai orang yang iri, sirik, dengki, hingga tuduhan tidak nasionalis.

Bedah Robot Tawan
Bedah Robot Tawan (Kaskus)

Ada juga yang menyebut Mas Tawan hanyalah korban media yang terlalu lebay dalam memberitakan karya robotnya sampai terlupa bahwa dalam video wawancara langsung dengan Mas Tawan, apa yang ditulis atau diwartakan wartawan itu sesuai dengan apa yang dikatakan yang bersangkutan. Menurut saya, esensinya bukan soal media itu lebay atau tidak, tapi soal tiap kata yang keluar dari mulut Mas Tawan punya nilai kejujuran atau tidak, mulai dari pengakuan soal EEG-nya, pengakuan dia merakit programnya, dll. Hemat saya, media tidak akan menulis robot Mas Tawan itu memakai teknologi EEG bila sang narasumber tidak mengatakan demikian.

Tak kalah menarik, ada juga sebagian orang, entah itu termasuk _die hard-_nya mas Tawan atau bukan, yang bilang bahwa untuk membuktikan robot Mas Tawan itu asli atau tidak, cukup datang ke tempatnya Mas Tawan lalu membuktikannya secara langsung. Saya melihat pernyataan tersebut tak ubahnya orang yang bilang, “mengukur temperatur Matahari itu harus datang ke Matahari langsung, lalu mengukur suhunya dengan termometer greget.” Padahal, sependek yang saya tahu, tidak semua kebenaran ilmiah harus dibuktikan dengan pengujian langsung, sepanjang ada metode atau pendekatan yang dipakai.

Dalam wawancara dengan Huffingtonpost tahun 2010 silam, fisikawan tersohor, Dr. Michio Kaku, berujar, “If it’s not forbidden by the laws of physics, it’s mandatory.” Jadi, bila tidak ada suatu teori didalam dunia fisika, kedokteran, atau robotik yang mengatakan bahwa robot tangan karya Mas Tawan tidak bisa dibuat, maka tidak ada alasan untuk mengatakan karyanya hoax. Sayangnya, beberapa akademisi mengatakan bahwa robot Mas Tawan hampir mustahil bekerja sebagaimana yang dia klaimkan bila dikomparasi dengan disiplin ilmu yang berkaitan. Dari sini, saya meyakini bahwa tangan robot Mas Tawan itu memang terindikasi hanya teknologi palsu.

Meski di atas saya bilang meyakini, namun saya masih membuka ruang kemungkinan bahwa robot ciptaan Mas Tawan bisa saja emang ‘jalan’ meski hampir mustahil. Hal yang lazim kok bila dalam ranah ilmiah, sebuah hipotesis, klaim, atau semacamnya, itu belum terbukti benar maka akan difalsifikasi atau bernilai salah (tidak ilmiah/tidak memiliki kebenaran ilmiah). Bila berkaca pada kaidah saintifik (metodologi ilmiah) saat ini, memang robot Mas Tawan mendekati Hoax, tapi siapa tahu, bila ternyata Mas Tawan ini telah menemukan metode baru dalam merakit robot secara DIY dari barang rongsokan, hehe.. Dengan memakai kerangaka berpikir seperti ini, insyaAllah tidak akan terguncang bila robot Tawan terbukti 100% hoax!

Ada sisi menarik yang saya tangkap dalam euforia masyarakat terkait Mas Tawan si Iron Man asal Indonesia dalam beberapa hari ini. Saya melihat masyarakat kita sedang mengalami krisis kebanggaan atas bangsanya sendiri, bangsa Indonesia. Tak heran bila ada berita putra bangsa yang bisa berprestasi atau berhasil membuat karya fenomenal, model berita GNFI gitu, kadang orang terburu-buru untuk bersuka cita dan merasa bangga tanpa melakukan kroscek atas kebenaran berita tersebut. Ketika apa yang diyakini itu pada kemudian hari tidak terbukti kebenarannya, maka yang terjadi hanya keterguncangan hingga terpancing untuk berapologi seperti yang lazim terjadi dalam diskusi/debat agama.

Saya Berharap, saya, anda, atau siapa saja warga Indonesia, bisa segera atau makin bangga dengan Indonesia, bangga pada kekayaan alamnya, bangga pada budayanya, bangga pada Presiden dan Wakil Presidennya, atau bahkan banggak pada parlemennya. Kebanggaan adalah hal yang menarik di mata saya. Ketika dalam hati seorang anak masih tersimpan rasa bangga pada orangtuanya, atau juga sebaliknya, maka anak dan orangtua itu akan saling menghormati. Tak jauh berbeda ketika seorang pria/wanita merasa bangga dengan pasangannya, maka bisa dipastikan mereka akan baik-baik saja karena saling mensyukuri. Tak berlebihan bila saya bilang bangga adalah anak kandung dari syukur.

Referensi:

  1. Baca juga:

    http://www.kaskus.co.id/thread/56a112751854f7c9098b4567/quotiron-manquot-indonesia-dari-bali-adalah-hoax/

  2. http://suryamalang.tribunnews.com/2016/01/22/ini-komentar-dari-pakar-elektro-its-soal-tangan-robot-iron-man-bali

  3. http://sains.kompas.com/read/2016/01/24/21041651/Bagaimana.Tangan.Robot.Tawan.Mencengangkan.Sekaligus.Meragukan.Peneliti.Mengungkapnya

  4. https://www.facebook.com/KompasTV/videos/1073821262670105/

  5. http://www.yohanessurya.com/activities.php?pid=20202&id=142

  6. http://www.huffingtonpost.com/deepak-chopra/michio-kaku-interview-by\_b\_614971.html

Berita Terkait.