Innocence of Muslims. Iya, inilah judul film yang minggu ini membuat kehebohan di seantero dunia. Demo-domo besar terjadi menentang film ini. Puncaknya terjadi Selasa (11/9/2012), ketika dubes AS untuk libya Chris Stevens dan tiga karyawan kedutaan Amerika Serikat tewas dalam penyerbuan demonstran ke Konsulat AS di Benghazi, Libya. Saya sendiri sudah melihat film ini di situs youtube. Film berdurasi 13 menit 50 detik ini menurut saya itu ngga ada bagus-bagusnya dan mengesampingkan estetikan dalam pembuatan sebuah film. Kalau pake bahasa daerah saya, pileme wagu tenan.
Terlihat jelas film yang lokasi sutingnya di California, Amerika Serikat itu dibuat hanya untuk membuat citra buruk satu pihak saja, yaitu Islam dan Nabi Muhammad SAW. Wajar bila banyak saudara-saudara muslim yang geram dengan kehadiran film ini. Saya sendiri juga marah dan mengutuk film ini, tapi tetap berusaha jangan sampai terlarut dalam kebencian yang tak berkesudahan. Saya melihat Nakoula Basseley alias Sam Bassil sang pembuat film hanyalah orang kaya bodoh yang kurang kerjaan, dengan membuat film seperti ini.
Jujur saya sangat menyesalkan ketika ada saudara muslim yang mempertanyakan akidah dan kadar iman saudara muslim lainnya hanya karena “tidak marah” terhadap film ini. Dalam perspektif saya, marah atau tidak itu adalah sebuah pilihan. Saya akan memaklumi jika ada saudara muslim yang tidak marah atas film ini. Orang yang tidak marah pada film ini menurut saya memang orang yang memiliki tipikal seperti itu. Masa orang yang dari orok bawaaanya sangat ‘adem’, tiba-tiba kita paksa jadi berapi-api?.
Baca juga:
Memang orang yang diam bukan berarti dia tidak marah. Sebuah amarah atau kecaman tidak harus ditunjukan dengan dengan tindakan yang kadang malah merugikan orang-orang yang tidak bersalah. Lalu bagaimana dengan para pendemo film itu? Iya, demonstrasi menentang film itu yang dilakukan oleh saudara-saudara muslim kita di berbagai belahan dunia saya sangat mendukungnya. Bahkan saya ingin ikut dengan mereka yang berdemo dengan damai.
Dengan berdemo damai dan tidak merusak, secara tidak langsung kita sudah menjawab pesan “jahat” dari film Innocence of Muslims tersebut. menjawab dengan menunjukan bahwa Islam itu cinta damai, Sang Nabi tidak mengajarkan kekerasan, tidak mengajarkan merusak, tidak mengajarkan membunuh dan tindakan-tindakan amoral lainnya, Pun demikian pada mereka yang tidak ikut berdemo, mungkin mereka punya cara lain untuk menyikapi atau menjawab fitnah film tersebut.
Innocence of Muslims tak ubahnya sebuah provokasi nyata bagi umat Islam. Di sinilah kedewasaan kita diuji, bagaimana menyikapi kasus ini, bisa kah kita tetap berfikir jernih dan bertindak dengan baik? atau hanya menuruti nafsu amarah saja. Dengan melakukan tindakan-tindakan di luar batas yang malah akan ‘membenarkan’ pesan yang disampaikan dalam film Innocence of Muslims tersebut. Kalau samapi seperti itu yang rugi umat Islam sendiri, kan?
Sungguh suatu hal yang membanggakan jika kita bisa mengatasi atau menyikapi film ini dengan lebih dewasa. Misalnya menjawab fitnah di film tersebut dengan karya-karya yang bagus, seperti tulisan, syair atau film. Toh sineas muslim juga ngga kalah jago ketika membuat film atau Serial TV. Tentu kita masih ingat bulan ramadhan lalu kita disuguhi tontonan yang menarik lewat serial TV Umar Bin Khattab yang tayang di MNCTV. mari kita sikapi film Innocence of Muslims ini dengan cara Islam.
Yos Beda - 14/9/2012