Menulis Lagu Kehidupan Kedua, Berkisah Tentang Cinta Beda Agama

By-|

Instagram

Kehidupan Kedua
Kehidupan Kedua (dok. pribadi)

Kehidupan Kedua, itulah judul lagu yang saya tulis tahun 2014 silam. Lagu tersebut berkisah tentang kisah asmara antara dua anak manusia dengan kepercayaan (agama) berbeda. Adalah Eren Hamza, tokoh utama dalam lagu Kehidupan Kedua, ia merupakan seorang pria muslim 25 tahun. Eren menjalin hubungan asmara dengan Leonie Josephine (Lea), wanita Kristen tiga tahun lebih muda darinya. Empat tahun lebih menjalin cinta, Eren dan Lea mulai menyadari bahwa semakin lama mereka bersama, jurang terjal yang memisahkan mereka semakin terlihat nyata.

Sejak hari pertama mereka menjalin hubungan, keduanya sebenarnya sudah menyadari bahwa ada pagar penghalang besar di antara mereka, yakni perbedaan keyakinan. Namun empat tahun silam, ketika usia mereka masih terbilang muda, mereka selalu berpikir bahwa semua persoalan bisa dibuat mudah, sehingga tanpa ragu keduanya tetap memutuskan untuk menjalin cinta. Pada awalnya hubungan mereka mengalir saja, bahkan Eren dan Lea pun tidak menyangka bahwa kisah mereka bisa berjalan hingga empat tahun lamanya.

Hampir memasuki tahun kelima hubungan mereka atau saat keduanya sudah relatif matang untuk melangkah ke jenjang hubungan yang lebih serius, kebuntuan mulai menghinggapi Eren dan Lea. “Bahasa cinta” yang dulu mereka yakini bisa menyelesaikan segala masalah, pada praktiknya tidak bisa menemukan jalan keluar dari jurang perbedaan agama. Bukankah mereka bisa pindah keyakinan dan mengikuti kepercayaan pasangannya? Iya, opsi seperti itu memang ada dalam benak mereka, namun pilihan pindah agama dijadikan Eren dan Lea sebagai pilihan terakhir.

Explore More:

Ya sudah, putus saja! Tidak semudah itu tentunya, mencintai satu orang yang sama dalam empat tahun terakhir tentu tidak akan mudah melupakannya begitu saja. Namun begitu, pada akhirnya Eren memang memilih untuk mengkahiri hubungannya dengan Lea. Sebenarnya bisa saja Eren mengajak Lea untuk mengikuti kepercayaannya, pun sebaliknya. Mereka berdua sempat berpikir rela menjadi manusia berlumur dosa dan dianggap nista oleh salah satu pihak keluarga demi tetap bisa bersama.

Di balik keputusan Eren mengakhiri hubungan, ada hal yang menurutnya lebih besar dari pahala-dosa atau surga-neraka. Di mata Eren, cinta itu tidak seharusnya menyakiti orang-orang sekitarnya, terlebih orangtua mereka. Orangtua mana yang rela melihat anaknya meninggalkan kepercayaan yang telah mereka wariskan dan ajarkan sejak kecil. Orangtua, dalam keyakinan Eren, selalu punya mimpi melihat anaknya sukses dan bahagia, dimana salah satunya adalah saat melihat anak bisa berjalan seiringan di “jalan yang sama” dengan orangtua.

Eren sebenarnya tetap meyakini bahwa bila dia bisa mengajak Lea mengikuti kepercayaanya, itu adalah sebuah kebenaran dari kacamata keyakinan (agamanya). Namun, dengan “bahasa rasa”, Eren coba memposisikan dirinya bila berada di posisi orangtua Lea. Eren juga mencoba untuk memposisikan dirinya jadi orangtuanya sendiri, bagaimana rasanya ketika melihat putranya pindah keyakinan. Hal-hal seperti itu menjadi pertimbangan utama Eren dalam mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan.

Eren pun akhirnya hanya bisa meyakini atau setidaknya menghibur diri sendiri dengan berharap bahwa Tuhan akan meciptakan kehidupan kedua buat dirinya dan Lea, kehidupan dimana dirinya dan Lea tidak terpisahkan jurang berbedaan keyakinan. Bukan di ruang dan waktu (dimensi) ini mereka bisa bersama dalam hangatnya rumah cinta, namun nanti, di kehidupan kedua, bila memang ada. Jika surga dan neraka serta jagat raya saja bisa Tuhan ciptakan dengan begitu mudahnya, bukanlah perkara yang sulit bagi Tuhan untuk menciptakan satu dunia saja untuk dua makhluk ciptaanNya, Eren dan Lea yang terlahir kembali.

Eren tidak pernah menyesali takdir yang dituliskan Tuhan kepada dirinya, takdir yang mengharuskan dia bertemu dengan Lea, takdir yang membuat waktu empat tahunnya seakan terbuang sia-sia, takdir yang membuatnya harus menyakiti satu orang wanita demi tidak tersakitinya orang-orang di sekitar mereka. Satu harapan dan keyakinan Eren terhadap Lea, Lea pasti akan sadar bahwa dirinya di dunia ini tidak sendiri, sehingga setiap keputusan-keputusan yang akan dia ambil sebisa mungkin tidak akan menyakiti orang-orang terdekatnya, terutama ayah dan ibunya.

** Perspektif yang dipakai Eren, tokoh utama di lagu di atas tidak mewakili sepenuhnya pandangan saya sebagai pencipta lagunya ya. Soal Eren yang meyakini adanya cyclic life biarlah jadi pertanggungjawaban dia sebagai manusia dengan Sang Pencipta. :)

Related Posts.