Atlet mixed martial arts (MMA) Khabib Nurmagomedov menjadi perbincangan hangat warganet di media sosial usai mengalahkan Conor McGregor pada ajang UFC 229 yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, Minggu, 7 Oktober 2018. Pada pertarungan tersebut, Khabib terlihat begitu mendominasi sejak awal Ronde. Bahkan pada ronde pertama Khabib berhasil menguras stamina Conor usai melakukan takedown lalu menghabiskan sepanjang ronde dengan menindih badan Conor.
Conor yang selama ini dikenal punya stamina memble pun menampakkan wajah kelelahan saat ronde kedua dimulai. Di ronde ini Khabib berhasil meng-knockdown Conor, hal yang sangat menarik lantaran Khabib telah lama diragukan kemampuannya dalam stand-up fighting atau belum teruji sebagai seorang striker. Sementara Conor boleh dibilang sebagai salah satu striker terbaik dalam sejarah UFC. Sayang, momentum jatuhnya Conor tidak dimanfaatkan Khabib untuk mengakhiri pertarungan, Conor berhasil melakulan recovery.
Ronde tiga dimulai, saya agak kaget menonton jalannya ronde tiga, dimana pada ronde tersebut Khabib tidak terlalu bernafsu melakukan takedown, dia malah seperti sengaja menantang Conor bertarung di atas. Khabib beberapa kali terlihat “baku cabut” dan dari situ pula akhirnya terjawab bahwa Khabib tidak “berdagu kaca”, tak seperti yang disangkakan banyak orang selama ini. Jarang melakukan stand up fighting, bukan berarti tidak piawai, itulah yang ada di pikiran saya saat menyaksikan aksi Khabib di ronde tiga.
Ronde keempat, di ronde ini habislah riwayat Conor. Half rear naked choke + half neck crank combo berhasil memaksa Connor melakukan tap out alias menyerah. Khabib sendiri terlihat begitu emosional usai memenangkan pertarungan, terlihat ia sempat mengumpat pada Conor usai lawannya itu menyerah. Selang beberapa detik kemudian, Khabib juga beradu argumen dengan seseorang di sudut tim Conor, bahkan ia sampai melemparkan pelindung giginya ke arah orang tersebut.
Hal yang terjadi berikutnya mengejutkan banyak orang, Khabib tiba-tiba melompat keluar dari oktagon dan melakukan tendangan terbang ke orang yang sebelumnya terlibat adu argumen dengannya. Belakangan diketahui orang tersebut adalah Dillon Danis, petarung MMA spesialis Brazilian jiu-jitsu (BBJ), rekan berlatif Conor. Sempat beredar rumor yang menyebut insiden itu terjadi karena Dillon menghina agama Islam dari luar oktagon sehingga Khabib tersulut emosinya. Rumor itu dibantah oleh Dillon[1] dan Khabib juga tidak membenarkan gosip tersebut.
Mabes (markas besar) fans MMA di Kaskus pun heboh terkait insiden Khabib dengan Dillon. Banyak yang kecewa hingga ada beberapa kaskuser menyebut kelakuan Khabib seperti sampah, bahkan berkilah attitude Conor lebih baik karena dia bisa merangkul lawan-lawanny usai pertarungan berakhir. Padahal, Khabib juga sama, dia selama ini juga biasa merangkul lawan usai bertarung, hanya pada kasus Conor ini saja dia begitu tempramental. Dugaan saya sih itu dipicu insiden yang terjadi beberapa hari jelang pertarungan, saat Conor menyebut manajer Khabib, Ali Abdelaziz, sebagai terrorist snitch[2].
Terkait insiden lompat keluar oktagon kemudian berkonfrontasi dengan Dillon, saya sendiri tidak membenarkan kelakukan Khabib tersebut, pun tidak menyalahkan sepenuhnya. Seperti yang sudah saya tulis juga di Kaskus[3] seminggu silam, saya antara kaget dan tidak kaget mendapati kejadian itu. Tidak begitu kaget karena memang biasa terjadi ketika orang yang cenderung pendiam kayak Khabib mendadak beringas saat titik paling sensitifnya disentuh, bahkan sampai terlihat kesetanan seperti bukan orang yang sama dengan yang dilihat sehari-hari, entah apa yang diucapkan Dillon hingga bisa membuat Khabib gelap mata.
Menariknya, dua hari lalu di Youtube saya mendapati video footage ruang ganti Khabib pasca pertarungannya[4]. Video tersebut seperti membenarkan pernyataan saya di atas, bahwa ketika sedang beringas, Khabib bukanlah Khabib yang sama dengan yang kita lihat selama ini. Di depan pelatihnya sendiri, Javier Mendez, Khabib bilang, “Sorry Coach, this is not me (orang beringas yang baru saja mengamuk di UFC 229 ? )”. Sang pelatih seketika menjawab, “It’s ok, it’s alright” berulang kali, empat kali kalau saya enggak salah menghitung jawaban tersebut diulang-ulang Javier Mendez.
Sayangnya, di saat Khabib sendiri mengakui apa yang dia lakukan salah, bahkan sampai menyebut dirinya yang ngamuk hingga lompat keluar oktagon bukanlah dirinya yang sebenarnya, eh banyak warganet tanah air yang malah “menggoreng” kejadian tersebut sebagai “aksi bela agama”. Kemudian sempat beredar pula pernyataan-pernyataan warganet yang bilang “Khabib berhasil menang dari Conor karena kesalehannya”. Pernyataan tersebut seperti menafikan fakta bahwa skill ground fighting Khabib di MMA memang sudah level alien, mirip-mirip lah dengan Georges St-Pierre (GSP).
Khabib dikenal sebagai muslim taat dan saya pun meyakini dia sebelum pertarungannya tak lupa berdoa. Apakah hal itu sudah cukup untuk menjadikannya tak terkalahkan? tidak ada ikhtiar dan faktor-faktor lain? Apakah dilupakan begitu saja peran sang ayah Abdulmanap Nurmagomedov dalam membentuk putranya jadi petarung handal, bahkan sampet melatih Khabib kecil bertarung dengan beruang[5], ini bukan bercanda ya, hehe. Abdulmanap sendiri sudah mempersiapkan rencana jangka panjang Khabib dalam beberapa tahun ke depan[6], dimana melewati Conor salah satu bagian dari rencana tersebut.
Kemudian, di muka saya sudah menyebut nama pelatih Javier Mendez, pendiri sekaligus pemilik American Kickboxing Academy (AKA) yang dengan berbesar hati tidak menyalahkan Khabib begitu saja atas insidennya dengan Dillon, bak ayah kandung yang sangat bijak. Di AKA juga Khabib bisa mendapatkan sahabat sekaligus mentor level A++, Daniel Cormier (DC), pemegang sabuk UFC Heavyweight. Beberapa video yang beredar di media sosial menunjukan Khabib yang pendiam bisa bertingkah konyol setiap kali bertemu DC[7], chemistry yang luar biasa. Peran Abdulmanap, Javier, dan DC tidak bisa dikesampingkan begitu saja dalam kesuksesan Khabib sejauh ini.
Tak ada salahnya menghubungkan apa pun yang terjadi di dunia dengan agama dan Tuhan, atau dalam hal ini saya sebagai muslim, dengan Allah SWT, saya pun begitu. Namun alangkah baiknya bila lebih berhati-hati dalam menyerap dan meneruskan informasi. Khabib bukan petarung MMA dengan skill medioker, dia sebelum berhadapan dengan Conor adalah pemegang sabuk Lightweight UFC dengan rekor 26 pertarungan tak terkalahkan. Dia juga tidak memenangkan pertarungannya dengan Conor semengejutkan James “Buster” Douglas saat mengkanvaskan Mike Tyson 28 tahun silam[8].
Mari kita doakan saja level atau skill petarung yang dimiliki Khabib senantiasa terjaga seperti sekarang, sehingga ia bisa mewujudkan cita-cita sang ayah yang mungkin jadi cita-citanya juga. Mengakui Khabib sebagai hasil atau output nyata dari bakat, didikan orangtua, kerja keras, lingkungan yang baik, dan doa tidak lantas merendahkan sebuah doa, semua saling melengkapi. Doakan juga dia tidak mengulangi aksi gelap matanya di pertarungan-pertarungan selanjutnya, suka tidak suka, Khabib kini tak ubahnya representasi kepercayaan yang ia anut, terlepas hal seperti itu benar atau tidak.
Baca juga:
Referensi: