Mencemburui Tuhan Kemudian Terperosok Dalam Tragedi Perang

By-|

Instagram

Warga Israel dan Palestina
Warga Israel dan Palestina (baltimoresun.com)

Minggu ini hujan terus mengguyur kota Solo, hingga ketika malam tiba tak terlihat lagi gemerlap bintang di langit karena tertutup oleh mendung yang tebal. Hati pun gundah dan menyimpan tanya, masihkan bintang-bintang itu ada di sana? di tempatnya semula? tak beranjak satu meter pun? tentu saja jawabanya adalah tidak. Dengan hukum hubble, sains membuktikan bahwa alam semesta ini mengembang sejak terbentuknya alam semesta dengan teori  big bang’nya 13, 73 milliard tahun lalu. Alam semesta telah mengembang dengan kecepatan empat kali kecepatan cahaya hingga memiliki diameter 93 milliard tahun cahaya, hal tersebut setidaknya memberikan gambaran bahwa bintang tidak diam.

Sebagai bagian dari alam semesta bukan hal yang aneh bila manusia turut merasakan dampak dari mengembangnya alam semesta, walau hanya dalam tingkat sel atau pertikel. Saya sendiri kadang merasa ada bagian dari diri saya (sebagai manusia) yang semakin menjauh, bahkan ada rasa risau dalam diri bahwa akan ada yang mengambil sesuatu dari diri kita. Tak tahu siapa yang akan mengambilnya, bahkan rasa risau itu berubah menjadi rasa cemburu, walau memang tidak jelas siapa yang dicemburui dan apa yang dicemburui.

https://www.youtube.com/watch?v=ldJx\_ZjZxZA

Lalu saya pun bertanya dalam hati, benarkah saya sebagai manusia telah memiliki segalanya? kemudian saya sedikit sadar bahwa manusia sebenarnya tak memiliki apa-apa karena semua yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan, Allah SWT, sebagaimana yang diajarakan oleh agama yang saya anut. Sebuah hal yang sangat memalukan bila saya harus “mencemburui Tuhan” , sungguh durhaka bila mencemburui Entitas yang telah memberikan segalanya buat manusia, dan manusia pun harus ikhlas bila apa yang telah diberikanNya akan diambil kembali.

Explore More:

Perasaan telah memiliki segalanya dan rasa cemburu dalam perspektif saya adalah “bahan bakar” utama terjadinya konflik antar umat manusia. Bahkan dalam tradisi yang tercatat pada kitab-kitab agama Abramik mengisahkan bahwa pertikaian (pembunuhan) pertama anak manusia terjadi karena kecemburuan, kecemburuan Habil pada Qabil (Kain) lantaran persembahan Qabil tidak diterima oleh Tuhan Allah SWT,  lantas menjadikan Qabil tega membunuh saudaranya. Apa sebenernya yang membuat anak-anak Adam begitu cemburuan? sadarkah bila kecemburan kita pada sesama manusia sama halnya kita mencemburi Tuhan itu sendiri?

Sekitar satu bulan lalu kita baru saja dipertontonkan peperangan terbaru dari umat manusia takala Israel kembali melancarkan serangan udara dan laut terhadap wilayah Jalur Gaza Palestina, perang yang berlangsung selama 8 hari tersebut setidaknya menewaskan 160 warga Palestina 5 warga israel dan  sekitar 1.200 orang lainnya luka-luka. Sungguh sangat disayangkan nyawa-nyawa manusia semakin tak ada harganya ketika banyak orang berpendapat beradaban manusia berjalan linear dan semakin beradab, keadaban seperti apa yang mereka maksud.

Konflik Israel-Palestina sendiri telah berlangsung cukup lama, dan saking berlarut-larutnya konflik ini seperti tak akan pernah bisa selesai, dua bangsa yang masih satu rumpun dalam ras semit itu tak ada yang mau mengalah dalam memperebutkan jengkal demi jengkal tanah. Iya, mereka berebut tanah, organisme pintar yang kebetulan hidup dalam bola batu padat yang bernama bumi ini  seakan lupa bahwa kehidupannya di dunia ini adalah sebuah rahmat yang luar biasa, dan tak perlu diisi dengan pertikaian yang tak kunjung usai, sadarkah bila anak-anak dan istri-istri mereka yang menjadi korban juga.

Keadaan semakin diperparah ketika ada pihak-pihak yang sengaja melakukan pemeliharaan konflik Israel-Palestina ini, bukan rahasia lagi bahwa perang merupakan bisnis paling menguntungkan dimuka bumi ini, bahkan dalam sebuah perang, sang agresor yang terlihat perkasa pun sebenaranya hanya seperti bidak catur yang dungu. Isu Ras/Agama dibumbui dengan mengobarkan “kecemburuan” diantara anak manusia adalah modal yang ampuh bagi para “Pebisnis Perang” dalam menjalanakan bisnisnya, bisnis yang menjadikan wanita, anak-anak dan orang tua sebgai tumbalnya.

Walapun keadaan seperti ini, saya ada rasa optimis bahwa kedamiaan dunia bukanlah sebuah mimpi, umat manusia modern telah melewati setidaknya dua perang besar, Perang Dunia 1 dan perang dunia 2, yang hasilnya kita tahu sungguh sangat menyesakan. Memang manusia dewasa ini semakin beringas, tapi kita juga harus tahu bahwa manusia itu cerdas, bila manusia bisa mengendalikan atau menyelaraskan akal dan nafsunya adalah sebuah jaminan untuk sebuah peradaban yang lebih baik. Tentu akan sangat indah bila sebagai ras manusia kita bisa rukun dalam kesatuan keluarga besar bumi dan keluarga besar Tuhan.

Yos Beda - 21/12/2012

Related Posts.